Dimarahi
kakek-kakek.
![]() |
Karena masjid masih baru, pengurus masjdi menggantungkan sajadah sebagai penunjuk arah kiblat. |
Setelah sholat jumat selesai, satu
orang kakek berumur kira-kira enam puluh tahun menghampiri sambil menarik
tangan dan memarahi ku.
Kakek ini termasuk jama’ah baru. Aku
tidak pernah melihat kakek ini sebelumnya. Hari pertama dia datang pun, dia
sudah membuat olah dengan meminta pengurus masjid mecopot sajadah yang
tergantung di tembok. Dia beralasan, bahwa jika sajadah tergantung di tembok,
maka sama saja kita menyembah sajadah.
Kemudian ada jamaah yang menjawab, “Berarti
kita harus membuka dinding juga? Biar tidak dianggap menyembah dinding.”
Sebenarnya, pemasangan sajadah di
tembok bertujuan sebagai penunjuk arah qiblat karena masjid ini tergolong baru
dan masih sederhana. Belum banyak orang yang tahu kemana arah Qiblat.
Kembali ke kisah ku bersama lelaki
tua tadi. Si kakek dengan nada tinggi berkata bahwa adzan yang aku baca tadi
tidak sah. Alasannya, karena ketika mengucapkan hayya ‘ala solah dan hayya
‘alal falah aku tidak menghadap ke kanan dan ke kiri.